Laporan PTK : Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Materi Koperasi Melalui Model Pembelajaran Resource-Based Learning Oleh : Aah Faridah, S.Pd

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.

Berdasarkan Kurikulum IPS SD (1994 : 150) menyatakan bahwa : Pengajaran sosial di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Dalam kontek itu IPS harus mendidik siswa menjadi warga negara yang berkesadaran tinggi dan bertanggung jawab terhadap bangsanya, dan mempersiapkan peserta didik bagi kehidupannya dimasa mendatang sebagai pribadi yang melek informasi dan ikut berpartisipasi dalam proses-proses sosial yang ada dalam masyarakat. Artinya siswa menjadi peduli dan tanggap terhadap persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat dan berupaya mencari pemecahannya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dengan demikian IPS bertugas membantu siswa untuk dapat mengembangkan potensi-potensi dirinya, baik yang menyangkut potensi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun perilaku (keterampilan) dalam lingkungan hidupnya. Inilah misi dan sekaligus hakekat IPS SD. Penulis meyakini apabila guru tidak memahami perkembangan anak, maka guru akan menghadapi kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, sebab guru telah menyepelekan potensi diri anak, sedangkan bila guru melupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, maka guru akan membina anak didik dalam mimpi-mimpi yang tidak realistis. Pengajaran IPS tidak mampu membina keterampilan hubungan sosial para siswanya. Untuk itu program pengajaran harus mampu menyajikan masalah lingkungan kehidupan anak. Misi pengajaran IPS akan berhasil dengan baik apabila guru mampu menghayati arti dan isi IPS itu sendiri. Selaku guru IPS ia bertugas membina siswa untuk hidup hari ini dan kelak, membina siswa dalam keterampilan dan cara pemahaman serta pendekatan-pendekatan kehidupan sosial yang dinamis, membina pengetahuan serta sikap mentalnya, juga guru IPS harus membimbing para siswa untuk berkesempatan mendayagunakan pengalaman dan pengetahuannya menurut batas kemampuannya. Salah satu tantangan mendasar dalam pengajaran IPS saat ini adalah mencari strategi pembelajaran yang inovatif yang memungkinkan meningkatnya mutu proses pembelajaran. Hal ini dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar di dalam kelas akan tetapi siswa dapat belajar di luar kelas. Dengan belajar seperti ini siswa akan lebih leluasa menuangkan atau ide-ide yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber, melatih kemampuan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah atau isu-isu yang ada dalam masyarakat, sehingga dengan demikian proses pembelajaran akan menggambarkan kesatuan dan antara kemampuan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan siswa, siswa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, siswa dapat berpikir secara kritis, kreatif dan dapat melakukan aktifitas dalam belajar. Pemikiran bahwa proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bukanlah merupakan hal yang baru. Siswa belajar langsung dari pengalamannya sendiri, daripada hanya mengandalkan perolehan informasi dari buku-buku. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penyajian pengajaran IPS ke dalam suasana belajar yang lebih menggairahkan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran IPS itu sendiri demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya.

B. Identifikasi Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, rendahnya prestasi terjadi juga pada siswa kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang terutama pada pelajaran IPS materi koperasi. Hal ini dibuktikan oleh rendahnya perolehan nilai pada setiap nilai ulangan harian. Data pada analisis hasil evaluasi dari setiap pokok bahasan koperasi atau kompetensi dasar menunjukkan siswa yang menguasai materi secara umum ketuntasan belajar masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal, disebabkan kurangnya antusias guru dalam pembelajaran IPS, demikian pula pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) selalu bersifat konvensional atau tradisional atau lebih jelasnya DDCH (Duduk, Dengar, Catat dan Hafal). Berdasarkan kenyataan di lapangan ditemui beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa, guru maupun faktor pendukung keberhasilan pembelajaran pada materi di Kelas IV SDN Cigadung 3 adalah sebagai berikut : 1. Permasalahan yang dialami oleh siswa antara lain : a. Motivasi siswa terhadap pelajaran IPS khususnya materi koperasi masih kurang antusias. b. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru masih kurang c. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan guru masih kurang d. Keaktifan siswa dalam diskusi belum terlihat e. Partisipasi serta peran siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. 2. Permasalahan yang dialami oleh guru diantaranya : a. Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru belum optimal b. Strategi proses pembelajaran belum terlihat c. Metode pembelajaran yang dipilih kurang tepat d. Materi pengajaran yang ditampilkan guru kurang memadai e. Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru belum optimal. 3. Permasalahan dari faktor pendukung pembelajaran antara lain : a. Orang tua siswa kurang mengerti terhadap pendidikan anakanya b. Keadaan ekonomi orang tua banyak yang kurang mampu c. Sarana dan prasarana kurang mendukung Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning. Dengan menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi pembelajaran IPS pada pokok bahasan koperasi dengan menciptakan situasi belajar berdasarkan sumber, yang menghadapkan siswa dengan suatu sumber belajar secara individual atau kelompok, jadi bukan dengan cara konvensional. Dalam Resource-Based Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau materi pembelajaran diantaranya materi koperasi. Sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep di bidang ilmu pengetahuan sosial. Syaiful Sagala, (2003 : 65). Jadi Resource-Based Learning dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan, dan penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang ada dalam kurikulum yang berlaku di sekolah. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD 2006 : Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal Konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilam dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Kenyataan secara empirik di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di SD khususnya di Kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang terutama dalam aspek sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran belum memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, guru menggunakan sumber belajar terpaku kepada buku paket yang telah disediakan oleh pemerintah sehingga mutu pembelajaran IPS kurang bermakna. Bertolak dari kenyataan di atas, dianggap perlu untuk memperkenalkan, memahami, mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran Resource- Based Learning memanfaatkan sumber belajar untuk memecahkan persoalan-persoalan rendahnya mutu proses pembelajaran di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Masalah paling signifikan yang ditemui dalam proses pembelajaran IPS pada materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 antara lain : a.. Belum menggunakan cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 b.. Kurangnya motivasi siswa terhadap pelajaran IPS khususnya materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3

2. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang peneliti temui dalam proses belajar mengajar IPS terutama pada materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 diantaranya : a. Bagaimana cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 ? b. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Resource-Based Learning dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa di kelas IV SDN Cigadung 3 ?

D. Tujuan Penelitian

Rendahnya antusias guru di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang dalam pembelajaran IPS pada materi koperasi mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar dan penguasaan konsep IPS kurang bermakna, hal ini harus segera diantisipasi, dicarikan solusi pemecahan masalahnya agar masalah ini tidak berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan motivasi pembelajaran IPS terutama materi koperasi dengan menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning, dimana model pembelajaran tersebut tidak berpusat pada satu sumber saja dan berorientasi kepada keterampilan proses ( prosess skill ). Untuk menerapkan model pembelajaran Reource-Based Learning terhadap pelajaran IPS, guru perlu strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, motivasi yang dapat meyakinkan siswa akan kegunaan sumber belajar bagi kehidupannya. Guru harus dapat menciptakan situasi dinamis sehingga materi pelajaran selalu menarik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat menggunakan cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3. 2. Meningkatkan motivasi pembelajaran IPS pada materi koperasi dengan menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning pada siswa kelas IV SDN Cigadung 3.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini. 1. Bagi Siswa : Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resource-Based Learning siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat. 2. Bagi Guru : Model pembelajaran Resource-Based Learning akan meningkatkan kreativitas mengajar, karena guru dituntut untuk menyusun skenario pembelajaran, kemudian harus menyiapkan berbagai sumber yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan, guru juga akan lebih ringan di dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja. 3. Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Bab II  Kajian Pustaka

A.  Kajian Teori

      1.   Motivasi

            a.   Pengertian

Motivasi adalah usaha guru untuk membangkitkan atau mendorong kemauan anak untuk belajar (Depdikbud : 1996 : 62)

Sedangkan menurut Noehi Nasution (1998 : 9) mengumukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi belajar bertambah.

Depdikbud (1996 : 61) menyebutkan ada beberapa contoh yang dapat menumbuhkan motivasi siswa di sekolah adalah sebagai berikut :

1).  Memberi Angka

Angka atau nilai dapat menumbuhkan motivasi yang kuat. Salah satu sasaran pembinaan belajar siswa yaitu agar siswa mampu memperoleh angka atau nilai tinggi.

2).  Penghargaan

Penghargaan dalam berbagai bentuk seperti pujian, pemberian hadiah, pemberian nomor urut rangking pada umumnya dapat membangkitkan dorongan belajar lebih tinggi

3).  Persaingan

Persaingan dapat mempertinggi semangat, aktivitas dan hasil belajar. Pada dasarnya pemberian angka dan bentuk-bentuk penghargaan tertentu mengundang persaingan.

Dalam proses pendidikan beberapa orang guru mungkin merasa tugasnya hanya mengajar, dan tidak untuk memotivasi siswa belajar. Waktu yang digunakan di kelas hanya untuk menyampaikan bahan

pelajaran, padahal menyampaikan bahan pelajaran tanpa motivasi, tidak akan menarik minat siswa untuk mempelajarinya.

Dalam istilah pendidik, lebih jauh motivasi dapat dipandang sebagai suatu proses, yaitu proses yang dapat :

1).  Mengarahkan para siswa ke dalam pengalaman belajar yang dapat dipercaya.

2).  Mendorong dan membangkitkan para siswa dalam belajar

3).  Memusatkan perhatian siswa kepada suatu pengarahan dalam satu waktu.

b.   Fungsi

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dalam memecahkan masalahnya. Sebaliknya seorang yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu di kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (1991 : 79 ).

c.   Tujuan

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Adapun secara khusus tujuan motivasi adalah sebagai berikut :

1).  Bagi manajer, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.

2).  Bagi guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.  M. Ngalim Purwanto,  (1996 : 73)

Jelaslah bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, makin jelas pula tindakan motivasi yang akan dilakukan.

2.   Pembelajaran

a.   Pengertian

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus.

Istilah pembelajaran yang digunakan saat ini sebagai perkembangan dari istilah belajar-mengajar, banyak dipengaruhi oleh tuntutan psikologi kognitif holistik. Menurut aliran ini pembelajaran intinya menempatkan siswa sebagai sumber aktivitas belajar. Pada bagian lain istilah pembelajaran juga banyak dipengaruhi oleh kajian teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran.

Teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran memandang bahwa pembelajaran adalah proses memfasilitasi siswa untuk berbuat belajar. Kegiatan memfasilitasi dalam proses adalah melibatkan berbagai sumber pembelajaran.

Teori belajar lain yang bersifat kontemporer yang memiliki relevansi cukup signifikan dengan istilah pembelajaran yaitu konstruktivisme. Teori konstruktivisme memandang bahwa siswa    adalah    pembangun    pengetahuan   yang    aktif.

Dengan demikian maka pembelajaran harus dirancang dengan lebih banyak mendorong siswa untuk mengembangkan potensi aktivitasnya, dan oleh karena itu dalam pandangan sekarang fungsi guru bergeser dari fungsi sebagai penyampai seperti telah dibahas sebelumnya menjadi fasilitator pembelajaran.

Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Mohammad Surya      dalam Sukirman, dkk.  (2007 : 6) sebagai berikut :

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jadi pembelajaran adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya perubahan perilaku siswa, dengan demikian maka guru adalah sebagai bagian dari lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas utama sebagai fasilitator pembelajaran.

Beberapa perilaku atau proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Sukirman, dkk.  (2007 : 7) sebagai berikut :

1). Belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi siswa harus membangun pengetahuannya.

2).  Hasil belajar tidak hanya cukup untuk memenuhi konsumsi pengetahuan (kognitif) saja akan tetapi harus direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (aplikasi).

3).  Dalam belajar siswa harus mengalami sendiri, dan bukan hanya sebagai penerima dari pemberian orang lain (guru).

Oleh karena itu proses pembelajaran harus membiasakan siswa terlibat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan.

4).  Pembelajaran harus membiasakan siswa banyak berinteraksi dengan sumber-sumber pembelajaran atau lingkungan pembelajaran secara luas dan bervariasi dan tidak hanya dibatasi oleh ruang kelas saja.

5).  Pembelajaran harus memposisikan siswa sebagai subjek pembelajar yang aktif untuk melakukan aktivitas belajar dimana guru sebagai fasilitator pembelajarannya.

b.   Tujuan

Menurut  Nu’man Sumantri, (2001 : 259)  mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS di tingkat sekolah dasar antara lain :

1).  Mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi.

2).  Menumbuhkan warga negara yang baik

3).  Dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat.

3.   Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

a.   Pengertian

Pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat, tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial.     Sapriya dkk, (2006 : 3).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa warga negara yang mampu mengamalkan ilmunya dalam bentuk amalan nyata, dapat bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Pada hakekatnya manusia itu selain sebagai mahluk individu yang harus mengenal dirinya juga sebagai mahluk sosial yaitu harus mampu hidup berinteraksi dengan manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar 1975 yaitu :

1). IPS adalah bidang studi yang merupakan panduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran ilmu sosial.

2).  IPS terutama akan membina kecerdasan, keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab dan demokrasi.

3).  Walaupun penyajian IPS diusahakan dengan cara akademis tetapi pokok persoalan (pembahasannya) adalah kemasyarakatan yang aktual.

4).  IPS mengemban dua fungsi utama yaitu membina pengetahuan kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa selanjutnya dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar  Republik Indonesia 1945.

Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Pada prinsipnya ilmu sosial sangat komplek dengan masalah kehidupan yang dihadapinya.

Penyajian IPS pada program pengajaran di tingkat sekolahan khususnya sekolah dasar memerlukan konsep dari berbagai pilihan cabang ilmu.

  1. b.      Tujuan

Tujuan pembelajaranIPSSDadalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakatIndonesiasejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsaIndonesiadan cinta tanah air. Depdikbud, (1999 : 15)

Guru sebagai pemimpin (managerial), harus dapat mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, memotivasi, mengawasi pikiran perasaan atau tindakan, dan tingkah laku siswa.

Dari pengertian itu, berarti seorang guru harus melakukan usaha menggerakkan, memberikan motivasi, serta menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dengan guru-guru agar mengarah pada tujuan yang terdapat di dalam program kelas. Maka kemampuan profesional yang dituntut dari seorang guru dalam melaksanakan fungsi dan peranannya di kelas dalam motivasi belajar adalah bagaimana  guru memadukan semua upayanya, sehingga terwujud keserasian dalam seluruh   kegiatan   belajar  mengajar  IPS  di  kelas  dan  mempermudah  proses pencapaian tujuan pengajaran IPS.

4.   Koperasi

a.   Pengertian :

Materi Koperasi tidak bisa lepas dari pembelajaran IPS. Dalam koperasi terjadi peristiwa interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Koperasi adalah kumpulan dari orang-orang yang sebagai manusia secara bersama-sama bergotong-royong berdasarkan persamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat. Hamid Hasan, (1992 : 131).

Berarti koperasi tidak bisa berdiri bila di dalamnya hanya terdiri dari satu individu atau seorang.

Dari pengertian umum di atas, maka ciri-ciri seperti di bawah ini  selalu nampak  yaitu :

1).  Bahwa Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal. Ini berarti bahwa Koperasi Indonesia harus benar-benar mengabdikan diri pada perikemanusiaan dan bukan kepada kebendaan.

2).  Bahwa segala kegiatan koperasi  dilaksanakan dengan bekerja sama dan bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Ini berarti bahwa koperasi adalah dan seharusnya merupakan wadah demokrasi ekonomi sosial.

Sesuai dengan dasar demokrasi ini maka harus dijamin benar-benar bahwa koperasi adalah milik para anggota yang berarti bahwa hak tertinggi dalam koperasi terletak pada rapat anggota yaitu :

1).  Bahwa segala kegiatan Koperasi  harus didasarkan atas kesadaran para anggota. Dalam koperasi tidak ada paksaan, ancaman, intimidasi dan campur tangan dari pihak-pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan soal-soal intern koperasi.

2).  Bahwa tujuan Koperasi  harus benar-benar merupakan kepentingan bersama dari para anggotanya dan tujuan itu dicapai melalui karya dan jasa yang disumbangkan para anggota masing-masing.

Besar kecilnya karya dan jasa setiap anggota harus dicerminkan pula dalam hal pembagian pendapatan dalam koperasi.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1, bangun perusahaan yang sesuai dengan azas kekeluargaan itu ialah koperasi dan hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada ditangan orang-orang.

Ada beberapa usaha untuk menjadikan koperasi sebagai wadah ekonomi yang utama untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, diantaranya:

1).  Kepada koperasi diberikan ruang gerak seluas-luasnya baik dalam bidang distribusi maupun dalam bidang produksi jasa untuk usaha besar, menengah maupun usaha kecil.

2).  Pemerintah selalu memberikan pembinaan perlindungan dan fasilitas selama belum dapat berdiri sendiri.

Karena koperasi merupakan wadah ekonomi yang berfungsi sebagai alat demokrasi ekonomi rakyat, maka setiap pembentukan koperasi harus benar-benar didasarkan pada kepentingan anggota.

Penggunaan kredit secara berhasil guna, serta menunjang pertumbuhan koperasi tanpa mengutamakan laba.

Prinsip keharusan melayani anggota dipegang teguh bagi koperasi produksi, koperasi jasa maupun pelayanan diluar anggota. Pelayanan terhadap orang-orang diluar anggota koperasi akan menarik anggota baru sehingga semua anggota masyarakat dapat menjadi anggota koperasi.

Akhirnya terciptalah usaha untuk memasyarakatkan koperasi dalam rangka mencapai masyarakat adil dan makmur secara merata.

b.   Tujuan

Koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan untuk kesejahteraan bersama. Artinya dengan berkoperasi diharapkan para anggotanya lebih mudan memperoleh barang-barang keperluannya. Dari berkoperasi dapat memperoleh jasa, biasanya berupa keuntungan dalam bentuk uang. Jasa itu diterima karena sumbangan yang telah diberikan kepada koperasi yang berupa simpanan. M. Hasan dkk.    (1996 : 47 )

Untuk mencapai tujuan koperasi semua anggota harus setia memenuhi kewajiban yang telah ditentukan bersama.

c.   Manfaat

Anggota koperasi dapat memenuhi barang keperluan dengan harga yang murah. Hal ini disebabkan karena koperasi tidak mengambil untung terlalu besar. Selain itu, barang dapat dicicil pembayarannnya apabila anggotanya sedang tidak mempunyai uang.

Dalam keadaan mendesak anggota dapat meminjam uang dengan jasa yang sangat kecil, sehingga tidak memberatkan sipeminjam, hal ini supaya anggota koperasi tidak terjerumus kepada rentenir yang berbunga besar.

Di dalam koperasi dapat dijalin hubungan yang akrab pada sesama anggota koperasi tumbuh perasaan senasib sepenanggungan, sifat tolong- menolong menjadi nyata, yang kuat membantu yang lemah.

d.   Jenis-jenis koperasi

Kita kenal beberapa jenis koperasi, ada koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi simpan pinjam dan ada koperasi serba usaha.

1).  Koperasi Konsumsi yaitu melayani keperluan anggota langsung berupa barang-barang keperluan sehari-hari, misalnya : beras, gula, kopi, minyak, sabun, susu dan lain-lain.

2).  Koperasi Produksi yaitu menampung barang-barang yang dihasilkan oleh para anggota koperasi. Barang-barang itu dijual atau dipasrakan kepada calon pembeli. Kita kenal koperasi tahu, tempe, dan hasil kerajinan para anggota.

3).  Koperasi simpan pinjam yaitu menampung simpanan para anggota. Simpanan itu merupakan simpanan sukarela. Kepada Anggota yang memerlukan uang diberikan pinjaman.

4).  Koperasi serba usaha yaitu memilih kegiatan dalam berbagai macam usaha, termasuk angkutan.

e.   Koperasi Sekolah

Yang dimaksud dengan Koperasi Sekolah ialah koperasi yang anggotanya adalah murid-murid sekolah dasar, lanjutan pertama, lanjutan atas dan sekolah-sekolah yang setaraf dengan itu.

Koperasi Sekolah bertujuan untuk :

1).  Menunjang pendidikan sekolah kearah kegiatan-kegiatan praktek guna mencapai kebutuhan ekonomi dikalangan murid-murid.

2).  Mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin, setia kawan, dan jiwa demokrasi pada pembangunan negara umumnya.

Koperasi Sekolah dibentuk atas dasar rapat yang dihadiri oleh murid-murid atau perwakilan kelasnya, guru-guru dan  kepala sekolah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peraturan koperasi sekolah ini ialah sebagai berikut :

1).  Keanggotaan

a).  Yang menjadi anggota hanyalah murid-murid dari sekolah yang  bersangkutan

b).  Setiap anggota mempunyai hak yang sama

c).  Keanggotaan tidak bisa dipindah tangankan kepada yang lain.

d).  Setiap anggota wajib melakukan dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku pada koperasi itu.

e).  Keanggotaan berakhir bila :

(1)  Anggota meninggal dunia

(2)  Anggota pindah sekolah

(3)  Anggota telah menamatkan sekolahnya ditempat itu

(4)  Anggota melanggar peraturan yang ditentukan dalam anggaran dasar koperasi sekolahnya itu.

2).  Kepengurusan

a).  Pengurus dipilih dari murid-murid dalam suatu rapat anggota

b).  Demi pembinaan, pengamanan, pengawasan organisasi, serta kegiatan usaha koperasi sekolah itu, kepala sekolah dapat mengangkat seorang pegawai dan bendahara, dapat diambil dari guru jika tidak ada murid yang menjabatnya.

c).  Bila jabatan dalam kepengurusan itu tidak terisi, maka kepala sekolah dapat mengangkat dari kalangan guru.

d).  Badan Pemeriksa juga dipilih dari murid yang menjadi anggota koperasi sekolah. Bila tidak ada dapat dipilih seorang guru atas persetujuan kepala sekolah.

3).  Rapat Anggota

Dalam rapat anggota koperasi sekolah ini berlaku pula ketentuan-ketentuan seperti pada rapat anggota koperasi di luar koperasi sekolah. Jadi, berlaku seperti umum, sesuai dengan aturan yang telah digariskannya.

4).  Lapangan Usaha

Kegiatan koperasi sekolah ini berbeda dengan kegiatan-kegiatan koperasi pada umumnya. Koperasi sekolah ini umumnya menjurus kepada usaha konsumsi yang sebagaian besar berkisar antara kebutuhan sekolah, disamping dalam barang konsumsi lainnya. Barang-barang yang diusahakan di koperasi sekolah antara lain :

a).  Buku pelajaran dan alat-alat tulis

b).  Alat-alat praktek dengan pelajaran

c).  Kantin

5).  Modal

Modal Koperasi berasal dari :

a).  Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela

b).  Pinjaman dari sekolah atau dari pihak luar

c).  Penyisihan dari sisa hasil usaha

d).  Sumber-sumber lainnya yang layak, misalnya bantuan dari orang tua murid, dari Pemerintah Daerah dan sebagainya.

Kegunaan koperasi sekolah ini terutama akan didapat oleh murid-murid yang mau menjadi anggota dan apabila ia menjadi pengurus dari koperasi tersebut, mereka akan mendapatkan pengalaman dalam bidang perkoperasian.

Koperasi Sekolah ini harus dikelola oleh berbagai pihak mulai dari murid-murid sampai dengan orang tua dan yang merasa terlibat dalam hal pendidikan, sehingga murid benar-benar terlibat nyata dalam suatu perkumpulan koperasi.

Peranan guru juga penting dalam hal pembinaan dan pengawasan  koperasi  sekolah.  Maju   mundurnya   koperasi sekolah akan sangat tergantung pula kepada kepala sekolah.

Oleh sebab itu, sebagai pimpinan, ia harus memberikan perhatian penuh terhadap kegiatan koperasi sekolahnya.

Pengurus koperasi sekolah harus dapat :

a).  Membuat rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang dalam hal ini perlu adanya bimbingan dan bantuan dari guru-guru dan kepala sekolah.

b).  Membuat rencana anggaran belanja.

c).  Menggunakan modal dengan tepat dan teliti

d).  Membuat pembukuan yang teliti

e).  Membuat pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan anggotanya.

  1. f.        Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lain

Koperasi berbeda dengan usaha lain. Salah satu sifat koperasi adalah sukarela dan terbuka untuk setiap orang. Artinya, menjadi anggota tidaklah dipaksa. Siapa saja boleh menjadi anggota. Syarat menjadi anggota adalah mematuhi semua ketentuan koperasi.

Apakah yang membedakan koperasi dari badan usaha yang     lain ?. Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang yang bekerja sama. Tujuannya adalah kesejahteraan para anggota. Koperasi tidak mengutamakan keuntungan sebesar mungkin.

Sedangkan badan usaha lain lebih mengutamakan keuntungan. Kalau dapat, keuntungan sebesar mungkin. Daftar di bawah ini menjelaskan perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya.

Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya.

Koperasi

Badan Usaha Lainnya

1. Didirikan bersama-sama 1. Didirikan oleh perseorangan
2. Modal berasal dari simpanan 2. Modal dari perseorangan
3. Tidak mengutamakan untung 3. Mengutamakan keuntungan
4. Pengurus dipilih oleh anggota

koperasi

4. Pengurus ditentukan oleh pemilik

modal

5. Keuangan bersifat terbuka 5. Keuangan bersifat tertutup
6. Terdapat pembagian sisa hasil

usaha (SHU) menurut jasa

anggota.

6. Tidak terdapat pembagian sisa

hasil usaha (SHU)

5.   Resource-Based Learning

a.   Pengertian

Resource-Based Learning  ialah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran pada murid, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, kebun, dan semacamnya juga merupakan sumber belajar.

Dalam Resource-Based Learning guru bukan merupakan              sumber  belajar satu-satunya. Murid dapat belajar dalam kelas,                    dalam    laboratorium,   dalam     ruang      perpustakaan,   dalam   ruang

sumber belajar yang khusus bahkan diluar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.

Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia belajar menurut langkah-langkah tertentu, seperti dalam belajar berprograma, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Jadi Resource-Based Learning dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan, atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan, penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka kurikulum yang berlaku di sekolah.

Resource-Based Learning biasanya bukan satu-satunya metoda yang digunakan di suatu sekolah. Disamping itu masih dapat digunakan metoda pembelajaran lainnya, metoda belajar ini hanya merupakan salah satu diantara metoda-metoda lainnya, jadi metoda yang lain bukan tidak perlu ditiadakan sama sekali. Perubahan yang besar diakibatkan oleh metoda belajar ini antara lain pentingnya peranan ahli perpustakaan dan mereka yang memproduksi bahan, media atau sumber belajar. Sumber belajar tidak sama artinya dengan audio visual aids. Dengan audio visual aids yang dimaksud adalah alat-alat yang membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, karena itu juga disebut intructional aids, atau alat pengajaran. Terserah kepada guru untuk menggunakannya atau tidak, kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi sumber belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Resource-Based Learning bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum, antara lain  :

1).  Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia.

2). Perubahan dalam pemikiran masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntunannya,

3). Perubahan tentang pikiran kita mengenai pengertian kita tentang anak dan caranya belajar.

4). Perubahan dalam media komunikasi.

Sumber yang sejak lama digunakan dalam pembelajaran adalah buku-buku dan hingga sekarang buku-buku masih memegang peranan penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan mendapat peranan yang penting sekali dalam Resource-Based Learning ini. Kerjasama antara guru dan ahli perpustakaan menjadi syarat yang penting dalam pembelajaran. Disamping itu para ahli perpustakaan harus mendapat pendidikan khusus untuk mendapat pendidikan khusus untuk menjalankan peranannya  sebagai  pustakawan  dan  memberikan   pelayanan  kepada para siswa yang membutuhkan.

Guru dan para pustakawan di sekolah harus saling mengenal kemampuan  masing-masing.  Disamping   itu   diperlukan   pula  media

spesialis, yakni ahli dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada buku-buku saja. Resource-Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metoda ini dapat dipersingkat atau diperpanjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu, selama satu atau dua jam. Metoda ini penggunaanya dalam pembelajaran begitu fleksibel atau lugas, tergantung pada kemampuan guru menggunakannya. Resource-Based Learning ini, dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan audio visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.

Model ini tampaknya sebagai sesuatu yang terdiri dari atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran, latihan-latihan formal, maupun kegiatan penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaaan alat-alat audio visual. Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang integrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pelajaran aktif.

Dalam Resource-Based Learning diutamakan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya, berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lainnya.

Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan  interdisipliner,  pengajaran aktif yang penting setiap model yang digunakan bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. Resource-Based Learning tidak hanya sesuai bagai pelajaran ilmu sosial, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Nasution, (2000 : 19).

Resource-Based Learning tidak meniadakan peranan guru, juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar di perpustakaan, laboratorium dan sumber-sumber lainnya.

Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan emosional dan sosial dalam menggunakan metoda dan pendekatan pembelajaran. Resource-Based Learning berarti kerjasama antara suluruh staf dan penggunaan secara maksimal fasilitas yang tersedia seperti buku-buku perpustakaan, alat pengajaran, keahlian dan keterampilan guru serta anggota masyarakat yang bersedia memberi sumbangannya.

b.   Tujuan.

Informasi yang diperoleh, diserap, dikembangkan sehingga dapat mengubah tingkah laku siswa, sumbernya bisa beragam, bisa diperoleh dari guru tanpa perantara, dari tokoh masyarakat, mungkin pula diperoleh informasi dari nara sumber yang sengaja diundang atau mungkin juga siswa diberi suatu alat kemudian melakukan eksperimen di laboratorium sehingga ia menemukan suatu konsep sendiri.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses kajian terhadap bahan ajar yang dilakukan siswa dan dipandu guru dengan melibatkan segala potensi yang ada sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.Ase dkk, (2002 : 55).

Dalam konteks ini para siswa perlu diberikan peluang dan kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar dengan melibatkan seluruh sumber daya yang tersedia.

Sifat ketergantungan siswa kepada guru seperti dalam sistem pengajaran yang tradisional secara bertahap harus dikurangi dengan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih aktif. Mutu belajar siswa dalam PBM tergantung kepada aktivitas belajar siswa itu sendiri, dengan aktivitas siswa dalam belajar sitidaknya akan mengacu kepada belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup dalam kebersamaan.

Dilihat dari kenyataan yang ada, bagaimanapun juga guru memiliki kekurangan dan keterbatasan. Kenyataan ini akan dapat menghambat proses belajar siswa. Untuk mencapai tujuan dan hasil belajar siswa tidak mungkin guru hanya mengandalkan kemampuan dirinya dalam menyajikan bahan ajar tanpa sumber belajar lain. Apalagi bila hanya mengandalkan metoda ceramah, sadar atau tidak metoda ceramah akan membuat siswa mendengarkan secara pasif sehingga dapat menghambat proses belajar yang kreatif dan kurang dinamis.

Pemberdayaan media dan sumber belajar secara fungsional akan sangat membantu proses pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar secara aktif, akan mampu mengurangi beban guru dalam proses penyampaian bahan ajar dan mempermudah daya tangkap siswa, juga akan mampu menciptakan, memelihara suasana belajar yang menyenangkan. Ase dkk, (2002 : 57 ).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan        bahwa tujuan Resource-Based Learning adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sumber belajar baik secara individual, ataupun kelompok, yang dapat mentransfer pengalaman dan ilmunya kepada siswa secara lebih mudah dan lama diingat.

3.   Manfaat.

Sesuai dengan misi dari pembelajaran IPS yakni membantu peserta didik mengembangkan kompetensi-kompetensi dirinya dalam mengembangkan sumber-sumber fisik dan sosial yang ada dilingkungannya sehingga mereka dapat selaras dengan lingkungannya. Di samping itu mempersiapkan peserta didik dalam menyongsong masa depannya dan berkemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial yang dihadapinya.

Pentingnya lingkungan bagi pengajaran adalah sebagai bukti bahwa dipermukaan bumi ini terjadi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat dari hasilnya sebagai media belajar, sehingga pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam buku-buku melainkan bukti langsung yang ada di sekitar siswa         Gurniawan Kamil, (2001 : 28).

Maka proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

”Minimnya alat peraga yang tersedia menuntut guru untuk memanfaatkan Potensi Lingkungan sekitar untuk dijadikan sumber belajar”. Gurniawan Kamil, (2000 : 28).

Jadi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sangat baik bagi pemahaman materi pelajaran pada siswa.

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar, siswa akan sanggup mengembangkan pengertian tentang semua yang dialaminya  Sulaeman dalam  Gurniawan Kamil,  (2000 : 30 ).

Menurut Peneliti pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran yang memerlukan pembuktian di lapangan.

Membawa siswa keluar kelas dapat dianggap sebagai metoda karyawisata. Seperti dikemukakan Witterington dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 31), sebagai berikut :

Kehidupan diantara keempat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal yang dapat mereka pelajari. Darmawisata bukan piknik melainkan memindahkan kelas untuk sementara keluar. Dengan darmawisata kita menggunakan sumber-sumber lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat, disamping itu akan membangkitkan minat, aktivitas dan kreatifitas siswa.

Resource-Based Learning untuk pengajaran IPS dapat dilakukan siswa bersama-sama dengan memanfaatkan waktu luang di luar kelas atau siswa membawa pengalamannya sendiri ke dalam kelas untuk diceritakan tentang apa yang sudah dilihat dan dialaminya.

Banyak keuntungan yang dikemukakan Surahmad dalam                Gurniawan Kamil, (2000 : 31), sebagai berikut :

a.   Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat.

b.   Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta dalam kegiatan.

c.   Anak didik dapat menjawab masalah-masalah dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung.

d.   Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan nara sumber lain.

e.   Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral                   (menyeluruh) dan komprehensif (mampu menangkap dengan baik, dan lengkap).

Materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan harus cocok dengan kurikulum guna pencapaian program sehingga materi pelajaran terarah, dapat ditangkap, dipahami pada akhirnya materi tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran siswa.

Nilai yang dapat muncul dari hasil proses belajar tersebut akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, yang tentunya bagi siswa dapat mengetahui lingkungannya.

Ini patut dicatat dan direnungkan sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar dari sumber belajar lingkungan tentang tujuan dan manfaat dari padanya, yakni :

a.   Hasil belajar akan lebih efektif apabila dilaksanakan dengan pengalaman langsung yang sesuai dengan kebutuhan anak.

b.   Dalam proses belajar seperti kegiatan menata rumah, bagaimana menabung, menjahit dalam beberapa hal dapat dijadikan sebagai wahana untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada dirinya.

Untuk  lebih jelasnya peneliti akan menguraikan contoh yang termasuk ke dalam jenis sumber belajar diantaranya :

1).  Perpustakaan.

Sumber belajar yang kongkrit dan umumnya tersedia di sekolah-sekolah untuk difungsikan dalam proses belajar mengajar adalah koleksi buku-buku kalau mungkin disusun dalam sebuah koleksi perpustakaan. Tujuan dan peran perpustakaan di sekolah adalah untuk membantu, memperkaya dan sekaligus sebagai tempat belajar dan mengajar. Perpustakaan merupakan fasilitas, media sekaligus sumber belajar yang secara esensial harus tersedia di sekolah, meski kenyataan di lapangan banyak kekurangan dan keterbatasan ruang dan tenaga pustakawan.

Perpustakaan biasa disebut juga dengan istilah pusat sumber belajar. Di tempat inilah tersedia sejumlah sumber belajar yang terpilih untuk diberdayakan dalam proses belajar mengajar, terdapat tiga peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perpustakaan yakni : sebagai sumber belajar, tempat belajar dan layanan belajar siswa.

2). Laboratorium.

Laboratorium tidak perlu diartikan sebagai fasilitas pembelajaran yang luar biasa Ase, dkk  (2002 : 62) mengemukakan bahwa :

“Laboratorium merupakan fasilitas pembelajaran dan ruangan dimana guru dan siswa melaksanakan kajian lebih mendalam”.

Sejalan dengan pengertian di atas , maka keterbatasan fasilitas dan ruangan tidak perlu menjadi hambatan bagi para guru. Guru harus inovatif dalam mengelola ruang laboratorium meski hanya ada di luar kelas.

3).  Bengkel Kerja.

Bengkel kerja (praktek) dapat diartikan sebagai suatu ruangan dimana para siswa, dengan bimbingan guru dapat dengan leluasa melakukan kegiatan praktek, seperti halnya laboratorium. Dalam bengkel kerja dapat membantu siswa untuk berlatih keterampilan tertentu, kebersamaan, ketelitian dan kerapihan dalam bekerja.

“Bahan-bahan yang dipergunakan untuk kegiatan praktek dapat diambil dari bahan-bahan yang sederhana yang berada di sekitar lingkungan sekolah”. Ase dkk, (2002 : 63 ).

Pelaksanaan dari kegiatan bengkel kerja ini bisa dilakukan di dalam jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran tergantung waktu yang tersedia. Dan sudah barang tentu materi harus sesuai dengan bahan materi pokok pembelajaran yang disajikan.

4). Sarana Prasarana.

Fasilitas pembelajaran dapat berupa sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, seperti lapangan olah raga, mesjid, kebun sekolah, kantor, sanggar pramuka dan lain-lain. Sarana prasarana ini termasuk pula peralatan olah raga dan kesenian yang menunjang kegiatan pembelajaran siswa.

5). Sumber Daya Potensial di  Sekolah.

Bagaimanapun juga sekolah adalah bagian dari masyarakat dan menjadi milik masyarakat. Hal-hal yang berada di sekitar kehidupan siswa perlu lebih dipahami agar mereka dapat mengetahui, mempersepsi, secara positif dan mampu memahaminya secara komprehensif. Ase, dkk.    (2002 : 64).

Kalau kita perhatikan, sangat banyak sekali sumber daya potensial yang berada di sekolah yang dapat kita jadikan sebagai sumber belajar. Di sekitar sekolah kita terdapat masjid, kolam,  kebun, dan lain-lainnya. Secara fungsional itu semua bisa dimanfaatkan secara proporsional untuk kepentingan dalam proses belajar mengajar siswa. Tempat atau ruangan yang dirancang khusus untuk tujuan pengajaran misalnya : bangunan sekolah, perpustakaan, ruang laboratorium dan sebagainya.

Sedangkan tempat atau ruangan yang tidak dirancang khusus untuk tujuan pengajaran, namun dapat dimanfaatkan untuk sumber belajar umpamanya : gedung bersejarah, bangunan industri, lingkungan pertanian, tempat suaka dan sebagainya. Lingkungan yang dapat diselidiki antara lain :  rumah, sekolah, lingkungan sekitar anak.

(a)  Unit Rumah

Di dalam unit ini anak-anak dapat menyelidiki macam-macam jenis rumah, besar keluarga, pekerjaan orang untuk menjamin hidup keluarga, peranan dan tugas setiap anggota keluarga, kelakuan baik yang diwujudkan dari anggota keluarga, pembagian waktu adalah dalam keluarga (waktu makan, bangun tidur, belajar, tidur dan sebagainya) alat-alat yang digunakan dalam rumah tangga.

Anak-anak dapat menyelediki cara orang membuat rumah, bahan-bahan yang diperlukan. Anak-anak akan memahami tiap keluarga memerlukan makanan, pakaian, perumahan, bagaimana cara setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Dapat pula diberikan tugas pekerjaan rumah berupa lembar kerja siswa untuk ditanyakan kepada anggota keluarganya bagaimana keadaan rumah pada zaman dulu. Bisa pula berupa tugas kliping untuk mengumpulkan gambar-gambar rumah daerah dan gambar-gambar rumah negara lain yang digunting dari surat kabar atau majalah.

Unit ini dapat mendorong anak melakukan bermacam-macam kegiatan seperti; karyawisata memperhatikan rumah sekitar sekolah, kalau mungkin mengunjungi dua, tiga rumah dengan seizin pemiliknya. Dengan demikian siswa akan mengamati, membuat bagan rumah, mencatat tugas setiap anggota keluarga, keperluan rumah tangga dan lain sebagainya.

(b) Unit Sekolah

Anak-anak yang baru masuk sekolah perlu diberi kesempatan untuk mengenal sekolahnya. Peraturan-peraturannya, kelakuan-kelakuan yang diharapkan dari anak agar ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pergi ke sekolah untuk pertama kali merupakan pengalaman yang sangat mengesankan bagi anak kehidupan di sekolah berbeda sekali dengan di rumah, dia harus pandai bergaul dengan anak-anak lain.

Anak-anak dapat disuruh membuat model sekolah, denah sekolah, mereka dapat pula meninjau sekolah-sekolah lain dan membandingkan dengan sekolah sendiri. Anak-anak dapat membuat peta jalan yang mereka tempuh dari rumah masing-masing ke sekolah.

(c)  Unit Masyarakat di Sekitar Anak

Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak memberi bahan yang luas untuk IPS. Dalam lingkungan itu anak-anak melihat orang melakukan macam-macam pekerjaan. Mereka dapat memperolah pengertian, bahwa setiap pekerjaan apakah itu tukang sampah, penjual sayuran, tukang beca, dokter, dsb. Anak-anak akan mengerti bahwa setiap pekerjaan mulia merupakan sumbangan kepada masyarakat. Tanpa jasa  orang  lain  tak mungkin manusia dapat hidup.

Hal-hal yang telah disajikan di atas sebenarnya telah menjadi pengetahuan dan orientasi pemikiran para guru selama ini. Oleh karenanya penulis menyajikan penelitian ini lebih ditujukkan kepada re-aktulisasi pemahaman dan pemikiran kita bersama yang mengacu kepada implementasi atau pelaksanaan peningkatan dalam praktek pembelajaran IPS yang merupakan modal utama untuk menemukan cara dan model pembelajaran yang lebih berkualitas.

 

 

B.  KAJIAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan kajian hasil penelitian terdahulu tentang  meningkatkan motivasi belajar IPS pada materi koperasi melalui model pembelajaran Resource-Based Learning  yang dilaksanakan di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan Resource-Based Learning dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam kapasitas belajar, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, keaktifan dalam             mengajukan pertanyaan, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bermain peran, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari sumber belajar dan keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep pembelajaran dengan menggunakan Resource-Based  Learning.

Bab III Metode Penelitian

 

  1. A.     Objek Tindakan

Secara Garis besar penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat tahap,  Suharsimi Arikunto dkk, (2006 : 74) yakni :

1.   Perencanaan

Merupakan kegiatan menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

Pada penelitian tindakan kelas dimana mitra peneliti dan peneliti adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru  yang  akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati

proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan.

Pada perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari 6 kegiatan   (Suharsimi Arikunto dkk. 2006 : 74). yaitu  :

  1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalahnya cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.
  2. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatar belakangi Pendidikan Tindakan Kelas.
  1. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan.
  2. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan, Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
  3. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganilisis indikator keberhasilan itu.
  4. Membuat secara rinci rancangan tindakan.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan antara seorang mitra peneliti            yang berkolaborasi dengan peneliti mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi berdasarkan pada keadaan senyatanya yang ada di kelas, mitra peneliti dan peneliti dapat merancang penelitian uindakan kelas dengan kegiatan utama sebagai berikut :

a.   Merancang bagian isi mata pelajaran IPS dan bahan belajarnya.

b.   Merancang strategi dan skenario pembelajaran.

c.   Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

2.   Pelaksanaan 

Merupakan apa yang dilakukan peneliti, mitra peneliti dan guru kelas sebagai praktekan dalam rangka perbaikan guna peningkatan yang diharapkan dalam praktek pembelajaran, praktek pembelajaran ini berdasarkan perancanaan yang telah disusun bersama sebelumnya.

Pada tahap ini peneliti dan mitra peneliti melakukan kegiatan observasi dan pengamatan terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas.

3.   Pengamatan

“Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan, dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama”. Suharsimi Arikunto dkk.               (2006 : 79).

Peneliti atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan.

4.   Refleksi

Yaitu kegiatan mengingat dan merenungkan kembali hasil proses pembelajaran, kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan revisi dan rekonstruksinya, sebagai bahan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya.

Secara garis besar kegiatan pokok yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

  1. Kegiatan sebelum ke lapangan, sebagai penjajagan awal tentang lingkungan   sekolah   khususnya   di kelas  berhubungan  dengan  guru,

siswa dan kepala sekolah.

  1. Proses penelitian kelas, dengan menggunakan prosedur pengamatan yang bersifat reflektif, partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan tiga langkah pokok secara siklus.

Dalam setiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran yang dirancang berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi

 

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

 

SIKLUS II

Pelaksanaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengamatan

Perencanaan

 

SIKLUS III

Pelaksanaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengamatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar : Penelitian Tindakan Kelas

  Model Desain Suharsimi Arikunto,

Suhardjono, Supardi, (2006 : 16)

Adapun poses penelitian tindakan kelas yang akan  dilaksanakan terdiri dari              3 siklus yaitu :

1.   Proses Penelitian  Siklus I

a.   Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :

1).  Membuat skenario model pembelajaran Resource-Based Learning

2).  Menyusun lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas / diluar kelas dengan Reaource-Based Learning.

3).  Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka Resource-Based Learning.

b.   Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yaitu kegiatan peneliti, peneliti mitra pada tahap tindakan siklus I ini adalah mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan media lingkungan, sementara itu kegiatan guru kelas IV adalah melaksanakan tindakan berupa kegiatan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun, yaitu :

1).  Pada awal pengajaran, setelah membalas salam guru mengadakan  apersepsi  melalui  tanya  jawab yang mengarah kepada topik koperasi, siswa terlihat tampak belum bergairah.

2).  Pada inti pengajaran, guru sedikit menjelaskan tentang konsep koperasi. Kemudian guru membagikan LKS (terlampir) kepada kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, untuk dikerjakan sesuai dengan petunjuk dalam LKS secara diskusi kelompok. Selama diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk melihat pekerjaan anak.

3).  Pada akhir pengajaran, guru mengadakan evaluasi tertulis sebagai pos-tes.

c.   Pengamatan.

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :

1).  Mengobservasi tampilan Guru yaitu  mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metoda pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2).  Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b). Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model  pembelajaran Resource-Based Learning. (Pedoman Observasi terlampir).

d.   Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap refleksi ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru selesai melaksanakan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi diri. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada siklus berikutnya.

 

 

2.   Proses Penelitian Siklus II

a.   Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :

1).  Resource-Based Learning dengan materi koperasi.

2).  Sebagai apersepsi anak melakukan sosio drama tentang koperasi di depan kelas.

3).  Siswa disuruh keluar untuk mendemontrasikan koperasi sekolah.

  1. b.      Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembalajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya yaitu kegiatan mitra peneliti adalah mengamati jalannya proses pembelajaran, sementara kegiatan peneliti adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya yaitu :

1).  Pada awal pengajaran peneliti mengadakan apersepsi melalui tanya jawab   dengan   siswa  untuk  mengarah   pada  topik  koperasi  sebagai upaya menarik minat dan perhatian siswa untuk belajar.

2)   Pada inti pengajaran, peneliti memberi pengarahan dan penjelasan tentang konsep koperasi, kemudian siswa dibawa keluar kelas untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Selanjutnya siswa diberi lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara diskusi kelompok sementara guru berkeliling membimbing siswa.

3).  Pada akhir diskusi peneliti bersama murid menyimpulkan materi pengajaran melalui seminar kelas dan mengadakan evaluasi sebagai pos tes.

c.   Pengamatan

Melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia, dan menyiapkan instrumen tape recorder dan tustel sebagai alat perekam kegiatan adalah sebagai berikut :

1).  Mengobservasi tampilan Guru yaitu  mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2).  Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model pembelajaran Resource-Based Learning. (Pedoman Observasi terlampir).

d.   Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam siklus II dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan pada siklus III.

3.   Proses Penelitian Siklus III

a.   Perencanaan

Kegiatan yang direncanakan adalah :

1).  Resource-Based Learning, dengan menugasi siswa keluar dengan membawa lembar kerja

2).  Membimbing siswa selama kegiatan berlangsung, diberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab.

b.   Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan yaitu kegiatan peneliti dan peneliti mitra pada siklus III ini adalah mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilakukan, kegiatan guru kelas adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.

1). Pada awal pengajaran guru mengadakan apersepsi melalui tanya jawab dan diselingi dengan nyanyian yang mengarah pada materi pengajaran, guru memberikan pengarahan dan penjelasan singkat tentang materi koperasi berikut petunjuk tugas yang harus dilakukan. Siswa keluar menuju tempat masing-masing sesuai dengan tugas masing-masing yang diberikan guru melalui LKS.

2).  Pada inti pengajaran siswa  mengerjakan LKS secara berdiskusi  kelompok, sementara guru mengontrol kepada setiap kelompok sebagai wujud bimbingan kepada anak. Setelah selesai siswa dan guru berdiskusi untuk menyiapkan materi.

3).  Pada akhir pengajaran guru mengadakan evaluasi melalui pos-tes, untuk menguji sejauhmana kemampuan siswa menguasai materi pengajaran yang telah diberikan.

c.   Pengamatan.

Merupakan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut :

1).  Mengobservasi tampilan Guru yaitu  mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2).  Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model Resource-Based Learning.

 

 

 

 

B.  Lokasi dan Subyek Penelitian

1.   Lokasi Penelitian

Yang dimaksud lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah tempat berlangsungnya kegiatan penelitian terhadap proses pembelajaran, yaitu di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang.

Alasan pertimbangan memilih kelas IV antara lain :

a.   Siswa kelas ini sudah bisa diajak beraktivitas dan berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesamanya.

b.   Guru kelas IV meminta untuk dijadikan sebagai sasaran penelitian dengan maksud untuk menambah wawasan pengetahuan bagi dirinya.

Dasar pertimbangan memilih SDN Cigadung 3 antara lain :

a.   Letak geografis SDN tersebut sangat strategis.

b.   SDN Cigadung 3 merupakan SD inti gugus II Kecamatan Karangtanjung, dengan demikian hasil temuan ini bisa dijadikan acuan formal oleh SD-SD inbas di gugus II sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

c.   Dengan melihat kondisi sosial ekonomi siswa, kualifikasi guru-guru dan peneliti sendiri yang di dalamnya duduk sebagai pengurus harian gugus II sehingga akan mudah menerima pembaharuan-pembaharuan dalam penelitian ini.

2.   Subyek Penelitian

Subyek penelitian  dalam penelitian tindakan dapat berupa  peristiwa, manusia, dan situasi yang diamati.

Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi subyek penelitian berupa peristiwa adalah Resource-Based Learning. Peristiwa yang dimaksud dalam penelitian adalah semua kejadian yang terlihat selama guru melakukan  proses pembelajaran materi koperasi.

Sedangkan subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV yang terdiri dari 21 siswa  sebagai berikut :

Nomor

Nama Siswa

Jenis Kelamin

Ket

Urut

BP

L

P

1

2

3

4

5

6

1

9971594645

Andika

2

9971594647

Dede Irfan

3

9971594650

Diah Rahayu

4

9981573493

Dwina Novita

5.

9981573494

Faisal Rahman

6

9981573497

M. Hari Haryadi

7

9981573496

Hendra Irawan

8

9981573570

Siti Maesaroh

9

9981573505

Nana Sumarna

10

998 1573506

Nana Suyatna

11

9971594653

Nurmala Noviyanti

12

9981573501

M. Nurikhsandy

13

9981573502

M. Nurul Ilham

14

9981573507

Ricky Maulana

15.

9981573509

Sindi Septeria

16.

9981573504

M. Soffan A. Fatah

17.

9981573512

Wahyu Al-Rizki

18.

9991538037

Siti Khairunnisa

19.

9991538025

Fajrus Sodik

20.

9981573513

Robi Amzah

21

9981573514

Siti Azmiyati

C. Metode Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengamatan dan tes.

Dua macam pengumpulan data tersebut di atas, akan dibahas secara rinci sebagai berikut :

  1. Pengamatan.

Pengamatan yaitu suatu cara pengumpulan data yang menginventarisasikan data tentang sikap siswa dalam belajarnya. Sikap guru serta interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan juga untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki, dipertahankan atau ditingkatkan pada pembelajaran selanjutnya, antara lain :

a.   Pengamatan terhadap guru

Pengamatan ini didasarkan pada indikator-indikator yaitu aturan pembelajaran, penggunaan peralatan, interaksi selama pembelajaran, jawaban siswa, pengetahuan guru dan tingkah laku guru.

b.   Pengamatan terhadap siswa

Pengamatan ini didasarkan pada indikator-indokator keterampilan, pencatatan data interpretasi dan inisiatif.

2.   Lembar Tes

Tes adalah  alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Suharsimi Arikunto, (2005 : 53).

Dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan Guru dalam proses belajar terhadap siswa.

Adapun penilaian hasil tes yang digunakan adalah :

NA   =    Skor Perolehan  x 100

Skor Ideal

=    SP  x 100

SI

=    NA  ( Nilai Akhir )

D.  Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan berupa data dari hasil tiga instrumen yang dibuat itu akan dianalisis dengan menggunakan prinsip triangulasi. Menurut Denjen dalam Kusdiono (2003 : 3) prinsip triangulasi, adalah sebagai berikut :

  1. Data penelitian berasal dari sumber
  2. Melakukan studi kasus dari fakta berdasarkan masing-masing sumber data.
  3. Melihat  hubungan  dari  fakta  yang  satu  dengan  fakta  yang lainnya, oleh

sebab itu kegiatan pengolahan data yaitu dengan menimbang, menjaring, mengatur dan menarik kesimpulan diperlukan beberapa langkah yang harus ditempuh secara garis besar, prosedur pengolahan data hasil penelitian tindakan kelas meliputi tahapan sebagai berikut :

a.   Menyeleksi data

Setelah data dikumpulkan, dipilah-pilah untuk disusun dan diklasifikasikan berdasarkan tujuan untuk memudahkan pengolahan data dan menarik kesimpulan.

b.   Validasi

Tahap validasi merupakan tahap untuk membuktikan bahwa sesuatu yang diamati dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan yang sebenarnya.

c.   Interpretasi

Kumpulan data yang telah divalidasi kemudian diinterpretasi berdasarkan   kajian   empirik   dan   teoritik,   serta  intuisi  guru  dalam

merefleksi diri selama pembelajaran berlangsung. Hasil interpretasi data itu akan menghasilkan analisis penelitian tindakan kelas secara keseluruhan.

d.   Tindakan

Berdasarkan pada hasil analisis data secara keseluruhan, maka akan menjadi referensi tentang situasi pembelajaran yang bermakna, sehingga bermanfaat dan menjadi dasar bagi guru untuk melakukan tindakan pembelajaran selanjutnya.

 

Untuk mempermudah melihat gambaran sederhana dari pelaksanaan analisis data dapat dilihat pada alur di bawah ini :

 

 

 

 

 

 

                                                                      s/d

 

Penjelasan Bagan Alur Analisis Data

  1. a.      Observasi Awal

Alur ini dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan data kondisi awal, melalui pengamatan kelas dalam proses belajar mengajar. Dalam tahap ini pula dilakukan kegiatan menganalisis GBPP dan kurikulum IPS.

  1. b.      Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah  adalah berbagai permasalahan yang terjadi dan dialami oleh peneliti di dalam kelas untuk dicarikan penyelesaiannya, diantaranya kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS, dengan cara menerapkan model pembelajaran Resource-Based Learning.

 

  1. c.       Membuat Rancangan

Pada tahap ini didahului dengan kegiatan  pustaka / kajian teoritik mengenai Resource-Based Learning. Langkah ini diambil dalam rangka memperjelas tentang pembahasan masalah.

  1. d.      Penyusunan Instrumen dan Validasi

Untuk mempermudah dalam mengukur mutu dari proses belajar dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan sumber belajar, maka perlu dirancang instrumen yang dapat mengumpulkan data secara tepat dan akurat. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengumpul data berupa butir non tes berbentuk studi pengamatan, observasi dan wawancara. Selanjutnya uji validitas dilaksanakan untuk mengukur ketepatan terhadap tujuan penelitian.

  1. e.      Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan

Pada tahap ini merupakan aktualisasi dari rencana tindakan, sejalan dengan itu pula dilakukan kegiatan observasi oleh peneliti dan mitra peneliti. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan observasi ini adalah jangan sampai mengganggu pelaksanaan pembelajaran, sehingga pembelajaran tetap berjalan seperti biasanya.

Kegiatan observasi memiliki fungsi, sebagaimana dikemukakan oleh  Kasbullah,  (1998 :39) adalah sebagai berikut :

Dua fungsi observasi yaitu, untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

f.    Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap refleksi ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru selesai melaksanakan kegiatan pengajaran, sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi diri. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada pelaksanaan berikutnya.

20 tanggapan untuk “Laporan PTK : Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Materi Koperasi Melalui Model Pembelajaran Resource-Based Learning Oleh : Aah Faridah, S.Pd

  1. terima kasih banyak atas segala informasinya apa yang anda tulis sangat bermanfaat bagi saya untuk bahan pembelajaran.

  2. trimakasih banyak, saya banyak belajar dari tulisan anda ini, bahkan saya terinspirasi untuk secepatnya melakukan PTK di tempat saya, tolong dong kalau ada PTK khusus tentang pemberian motivasi melalui penerapan karakter bangsa

Tinggalkan Balasan ke ainacivicseducation Batalkan balasan